Dishub Rancang Kereta Api Kota Banda Aceh

Monumen Kereta Api Banda Aceh

Dishub Rancang Kereta Api Kota Banda Aceh - Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan Telematika (Dishubkomintel) Aceh, mewacanakan pembangunan jalur kereta api dalam Kota Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar. Program ini bertujuan mengatasi kemacetan lalu lintas dan juga untuk kebutuhan sektor pariwisata.

Kadishubkomintel Aceh, Ir Rizal Aswandi usai bertemu pejebat dari sejumlah dinas teknis di kantornya, mengatakan hal itu adalah program jangka panjang. “Bicara kereta api untuk saat ini memang ditertawakan orang, karena dinilai belum mendesak. Tapi 10 tahun ke depan, kereta api kota sudah diperlukan,” ujarnya kepada Serambi, Rabu (2/7).

Alasannya, sebut Rizal, jumlah sepeda motor dan mobil pribadi terus bertambah, sementara program pelebaran badan jalan yang dilakukan dinas terkait baik di Kota Banda Aceh maupun provinsi, rasionya jauh di bawah pertambahan jumlah kendaraan tersebut.

Contohnya, ruas jalan T Iskandar dari Beurawe sampai Ulee Kareng, setiap pagi mulai pukul 07.00-08.30 WIB dan pukul 17.30-18.30 WIB, terjadi kemacetan antara 10 hingga 15 menit. Begitu juga di ruas jalan Simpang Surabaya sampai Simpang Jambo Tape. “Kalau sekarang kemacetannya baru 10 sampai 15 menit, tapi 10 tahun ke depan bisa 30 menit,” paparnya.

Untuk itu, Rizal Aswandi berpendapat, perencanaan trase atau jalur rel kereta api kota harus dilakukan dari sekarang, sebelum tanah-tanah penduduk yang diperkirakan akan menjadi jalur rel kereta api, nantinya dijadikan sebagai tempat perniagaan, permukiman penduduk dan lainnya.

“Kalau trase rel kereta api sudah ditetapkan, maka jika ada warga yang mengusulkan izin mendirikan bangunan atau IMB di atas tanah yang sudah ditetapkan sebagai trase rel kereta api, pemerintah kota tidak lagi menerbitkan IMB-nya,” kata Kadishubkomintel Aceh itu.

Untuk maksud tersebut, Rizal Aswandi mengatakan, pihaknya akan melakukan studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), termasuk untuk penetapan stasiun kereta api. Studi Amdal ini penting agar wilayah yang akan dijadikan stasiun kereta api, tak lagi digunakan untuk fasilitas lainnya.

Untuk sementara, sebut Rizal, ada enam titik lokasi yang akan dijadikan stasiun kereta api kota tersebut. Yaitu Ulee Lheue, Beurawe, Kawasan Simbun Sibreh (Masjid Raya Baturrahman), Kampus Darussalam, Ulee Kareng, dan Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar. Setelah studi penetapan trase jalur kereta api dan studi amdal, baru akan dibuat detail engeenering desain (DED) atau gambar kerja.

Pembuatan DED ini untuk mengetahui bentuk dan lebar jalur kereta api serta anggaran yang dibutuhkan. Untuk saat ini, Dishubkomintel Aceh sudah memaparkan rencana itu kepada Gubernur, Pemko Banda Aceh dan Pemkab Aceh Besar untuk mendapat persetujuan. Jika disetujui, proyek ini direncanakan menggunakan sumber dana APBA dan APBN.

Wacana pembangunan kereta api dalam kota itu, kata Rizal Aswandi, sudah diekspose kepada Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Gubernur menyetujui rencana ini. Menurut Gubernur, di sejumlah negara maju di Eropa, pemerintahnya menyediakan lintasan kereta api untuk penumpang umum dalam jumlah yang banyak.
Rizal Aswandi mengatakan, Gubernur berharap program kereta api dalam kota itu nantinya, tak hanya untuk mengatasi kemecetan lalu lintas, tapi juga untuk mendukung pariwisata dan mengurangi polusi udara dalam kota. Gubernur juga menilai enam titik lokasi stasiun yang diajukan, sudah tepat dan sesuai.

“Sekarang tinggal melakukan studi penetapan trase, studi amdal dan studi DED. Tiga dokumen itu menjadi bahan bagi Pemerintah Aceh dalam mengajukan anggaran ke Kementerian Perhubungan tahun 2015 untuk pembangunan jalur kereta api dalam kota, sekaligus melanjutkan pembangunan rel kereta api Aceh di lintas timur mulai dari Tamiang hingga Banda Aceh,” demikian Rizal Aswandi.

sumber : aceh.tribunnews.com