downest

Tentang Pengorbanan Cinta

Tentang Pengorbanan Cinta “Kamu sebenarnya mencintai aku tidak ha?” Mata rini memandang kearah toni diam tak bergeming melotot....


Tentang Pengorbanan Cinta



“Kamu sebenarnya mencintai aku tidak ha?” Mata rini memandang kearah toni diam tak bergeming melotot. Rini menanyakan kejelasan sebuah hubungan diantara mereka berdua. Tik tok jarum jam café berbunyi jelas. tidak banyak orang sore itu hanya ada sekitar empat pengunjung yang duduknya selang beberapa baris meja dari mereka berdua selebihnya ada tiga orang petugas café yang satu berdiri di kasir, kemudian seorang pria barista, yang satu lagi baru saja mengantarkan minuman lemon tea dan capucino panas diatas meja mereka berdua.

Capucino yang tadinya panas ini sudah menghangat kemudian dingin seiring dengan diamnya toni akan perbincangan yang ia pikir sangat serius untuk ditanggapi.

“Heii haloo kamu denger gak sih, kok diam terus dari tadi” suara wanita itu kini sedikit dinyaringkan sambil melambaikan telapak tangan kearah Toni seakan ingin menyadarkan toni yang hanya diam saja.

“Iya aku dengar, aku sangat mencintaimu Arini” jawab si lelaki ini dengan tegas. Kini ada keseriusan dalam nada suaranya yang lugas.

“Coba kamu banyangkan jika kita bisa bersatu dalam sebuah ikatan yang jelas, kita tak perlu lagi harus merasa tertekan seperti ini. mencuri-curi kesempatan untuk pergi menemuimu, jalan denganmu, hingga menghabiskan sore dengan kita saling berpelukan tanpa harus memikirkan yang lain”

“Betul, aku sangat ingin kita bisa seperti yang kamu katakan, tapi aku harus bagaimna? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa mencapai tujuan kita itu?” tanya si lelaki pencinta kopi ini

“Aku mau kamu memperjuangkanku, aku ingin kamu berkorban untuk memilikiku, kamu harus berkorban karena cinta. Membuat kita bebas bercinta kapanpun tanpa harus merasa takut.”

“Sungguh, aku sangat ingin Rin.”

“Terus mengapa kamu tak segera memperjuangkanku, ah memang kamu ini lelaki lemah tidak jantan sama sekali”

“Rin, dengerin aku baik-baik, aku sangat mencintaimu oke?, dan aku ingin sekali menikahimu sayang. Tapi bagaimana caranya?” Toni mulai terlihat gelisah bingung apa yang harus dilakukanya

“Ayo kita rencanakan pembunuhan Rinaldi. Buat ia mati seperti layaknya kecelakaan. Ataupun apalah yang penting ia hilang dari hidupku”

“Tak mungkin Rin. Aku tak mungkin melakukan itu rinaldi sahabatku terlebih dia adalah pacarmu saat ini”

“Tolong aku tak tahan lagi dengan dia, lihat bagaimana ia memperlakukanku, ia hanya jago memaksa. Aku terkekang olehnya, jika ada hal yang tidak dia sukai ia langsung marah. Apa saja kejadian yang dia alami di kantor yang tidak disukainya dia kan melimpahkannya ke aku, mudah sekali tersulut api amarah” suara Rini ini terdengar parau dan getir sambil menampakan pipinya yang memerah, memerah yang lebih disebabkan oleh sebuah hempasan tamparan.

“Dia menamparmu lagi? Kurang ajar, apasih yang ada dipikirannya”

“ Ton aku ingin dimuliakan layaknya perempuan diluarsana, sebagaimana kamu memperlakukanku sebagai perempuan. Ayo kita bunuh saja dia,” perempuan itu melanjutkan pembicaraannya sambil mata berkaca-kaca sedih campur perasaan amarah yang meradang.

“Oke aku akan menghubungi temenku Anton, ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi dia telah keterlaluan” tegas Toni sambil mengambil telepon genggamnya

Hari kamis tanggal 11 Desember tahun 2018. Rinaldi terkapar tergeletak bersimbah darah di kontrakannya dengan kepala sobek terkena westafel kamar mandi. Polisi memvonis Rinaldi tewas karena terpleset saat hendak mandi naasnya kepalanya terbentur dan tewas kehabisan darah

"Korban tewas dikarenakan terpeleset saat hendak mandi, dan kepala korban terbentur benda tumpul kemudian meninggal kehabisan darah" Ujar Bribda Anton.

Related

Story 1577192179197833385

Posting Komentar

emo-but-icon

item