Tentang Pengorbanan Cinta
Tentang Pengorbanan Cinta “Kamu sebenarnya mencintai aku tidak ha?” Mata rini memandang kearah toni diam tak bergeming melotot....
https://downestblog.blogspot.com/2018/09/tentang-pengorbanan-cinta.html
Tentang Pengorbanan Cinta
“Kamu sebenarnya mencintai aku tidak ha?” Mata rini
memandang kearah toni diam tak bergeming melotot. Rini menanyakan kejelasan
sebuah hubungan diantara mereka berdua. Tik tok jarum jam café berbunyi jelas.
tidak banyak orang sore itu hanya ada sekitar empat pengunjung yang duduknya
selang beberapa baris meja dari mereka berdua selebihnya ada tiga orang petugas
café yang satu berdiri di kasir, kemudian seorang pria barista, yang satu lagi
baru saja mengantarkan minuman lemon tea dan capucino panas diatas meja mereka
berdua.
Capucino yang tadinya panas ini sudah menghangat kemudian
dingin seiring dengan diamnya toni akan perbincangan yang ia pikir sangat
serius untuk ditanggapi.
“Heii haloo kamu denger gak sih, kok diam terus dari
tadi” suara wanita itu kini sedikit dinyaringkan sambil melambaikan telapak
tangan kearah Toni seakan ingin menyadarkan toni yang hanya diam saja.
“Iya aku dengar, aku sangat mencintaimu Arini” jawab
si lelaki ini dengan tegas. Kini ada keseriusan dalam nada suaranya yang lugas.
“Coba kamu banyangkan jika kita bisa bersatu dalam
sebuah ikatan yang jelas, kita tak perlu lagi harus merasa tertekan seperti
ini. mencuri-curi kesempatan untuk pergi menemuimu, jalan denganmu, hingga
menghabiskan sore dengan kita saling berpelukan tanpa harus memikirkan yang
lain”
“Betul, aku sangat ingin kita bisa seperti yang kamu
katakan, tapi aku harus bagaimna? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa
mencapai tujuan kita itu?” tanya si lelaki pencinta kopi ini
“Aku mau kamu memperjuangkanku, aku ingin kamu
berkorban untuk memilikiku, kamu harus berkorban karena cinta. Membuat kita
bebas bercinta kapanpun tanpa harus merasa takut.”
“Sungguh, aku sangat ingin Rin.”
“Terus mengapa kamu tak segera memperjuangkanku, ah memang
kamu ini lelaki lemah tidak jantan sama sekali”
“Rin, dengerin aku baik-baik, aku sangat mencintaimu
oke?, dan aku ingin sekali menikahimu sayang. Tapi bagaimana caranya?” Toni
mulai terlihat gelisah bingung apa yang harus dilakukanya
“Ayo kita rencanakan pembunuhan Rinaldi. Buat ia
mati seperti layaknya kecelakaan. Ataupun apalah yang penting ia hilang dari
hidupku”
“Tak mungkin Rin. Aku tak mungkin melakukan itu
rinaldi sahabatku terlebih dia adalah pacarmu saat ini”
“Tolong aku tak tahan lagi dengan dia, lihat
bagaimana ia memperlakukanku, ia hanya jago memaksa. Aku terkekang olehnya,
jika ada hal yang tidak dia sukai ia langsung marah. Apa saja kejadian yang dia
alami di kantor yang tidak disukainya dia kan melimpahkannya ke aku, mudah
sekali tersulut api amarah” suara Rini ini terdengar parau dan getir sambil
menampakan pipinya yang memerah, memerah yang lebih disebabkan oleh sebuah
hempasan tamparan.
“Dia menamparmu lagi? Kurang ajar, apasih yang ada
dipikirannya”
“ Ton aku ingin dimuliakan layaknya perempuan
diluarsana, sebagaimana kamu memperlakukanku sebagai perempuan. Ayo kita bunuh
saja dia,” perempuan itu melanjutkan pembicaraannya sambil mata berkaca-kaca
sedih campur perasaan amarah yang meradang.
“Oke aku akan menghubungi temenku Anton, ini tidak
bisa dibiarkan lebih lama lagi dia telah keterlaluan” tegas Toni sambil
mengambil telepon genggamnya
Hari kamis tanggal 11 Desember tahun 2018. Rinaldi
terkapar tergeletak bersimbah darah di kontrakannya dengan kepala sobek terkena
westafel kamar mandi. Polisi memvonis Rinaldi tewas karena terpleset saat
hendak mandi naasnya kepalanya terbentur dan tewas kehabisan darah
"Korban tewas dikarenakan terpeleset saat hendak mandi, dan kepala korban terbentur benda tumpul kemudian meninggal kehabisan darah" Ujar Bribda Anton.