Krisis Identitas Negeri
Krisis Identitas Negeri Identitas merupakan ciri-ciri yang mencerminkan jati diri sesuatu lalu kemudian akan diketahui or...

https://downestblog.blogspot.com/2016/10/krisis-identitas-negeri.html
Krisis Identitas Negeri
Identitas merupakan ciri-ciri yang mencerminkan jati diri sesuatu lalu kemudian akan diketahui orang lain sehingga orang yang melihat mengetahui apa sesuatu itu. Dalam hal ini adalah identitas negeri yang makin zaman makin kurang mendapat perhatian. Setiap daerah mempunyai identitas masing-masing. Identitas negeri merupakan karakter bangsa yang harus di ketahui oleh setiap masyarakat yang menduduki suatu tempat. Jangan hanya sekedar tau saja tapi juga harus dipelajari. Pentingnya identitas suatu bangsa sangat berpengaruh terhadap kedaulatan maupun kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Semua negara yang berdaulat pasti mempunyai sifat-sifat karakteristik yang membedakan satu negara dengan negara lainya. Tidak hanya untuk negara saja, hal ini berlaku juga untuk daerah-daerah negara itu sendiri misalkan di Indonesia, ada Provinsi Sumatra Utara, Jawa, Papua, Kalimantan, dan sebagainya. Bahkan juga kota asalkan daerah tersebut mempunyai ciri khas yang di ketahui oleh masyarakatnya maupun diketahui masyarakat diluar daerah tersebut, seperti identitas budaya, agama, politik, dan juga historis sejarah daerah itu sendiri. Kita misalkan disini Provinsi Aceh.
Historis sejarah Aceh sangat menarik untuk diketahui dan
dipelajari. Historis sejarah merupakan landasan awal terbentuknya suatu daerah
yang berbudaya luhur sekaligus membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu
historis sejarah sangatlah fatal jika diabaikan begitu saja. Sebagai contoh
Negara Thailand yang merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat
nasionalisme masyarakatnya tertinggi dibandingkan dengan Negara lain ini
terbukti saat meninggalnya raja Thailand (blab la bla) yang kemudian pemerintah
Thailand memustuskan untuk berkabung selama satu tahun lamanya. Hal ini karena
masyarakatnya begitu mencintai raja mereka begitu mengenal raja mereka.
Berbicara mengenai historis sejarah aceh sangatlah banyak, seperti halnya
Pada tahun 1873 ketika
penjajah Belanda ke Aceh menurunkan bendera Aceh diganti dengan bendera belanda
yang kemudian tahun 1942 diganti dengan bendera Jepang lalu akhirnya pada
tahun 1945 berganti bendera Indonesia. Dalam perang-perang panjang tersebut
banyak sekali pahlawan-pahlawan aceh yang syahid. Pada tahun 1953 saat
pergerakan DI/TII (Daulah Islamiah), ketika itu pemimpin perang adalah Teuku
Daud Berueh yang syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sejarah-sejarah ini
bisa di baca di buku berjudul “dari RIMBA ACEH ke STOCKHOLM”. Sampai pada akhirnya Aceh damai dengan Indonesia
pada tanggal 15 bulan agustus tahun 2005 dan mendapatkan otonomi daerah.
Banyak hal yang membuat identitas negeri itu hilang ditelan zaman
dan dicerna oleh modernisasi yang kemudian menjadi kotoran lalu dibuang. Selain
mengenai historis sejarah, budaya atau tradisi juga sangat rentan hilang
diplintir satu persatu oleh zaman penyebabnya bisa karena zaman yang sudah
modern sehingga pengetahuan sains lebih mendominasi pikiran dan melupakan
adat-adat tradisi kuno zaman dulu.
Pengetahuan sains yang makin lama makin canggih dan sangat
berlogika mengakibatkan tridisi yang tidak masuk akal zaman dulu kini sudah
tidak bisa kembali diterima oleh masyarakat sekarang. Selain pengetahuan
sains, segelintir orang berpendapat bahwa budaya juga bisa hilang salah satunya
disebebakan oleh agama. Contohnya pada zaman dulu para penari menari tanpa
menutup aurat (perempuan yang menampakkan rambut) maupun juga pakaian
adat pernikahan dimana sang perempuan tidak mengunakan atau tidak menutupi
rambutnya dengan sehelai kain pun hanya sanggul yang besar di ubun-ubun
kepalanya. Hal ini kemudian di perbaiki oleh ajaran-ajaran agama khususnya
agama islam. Sejak kedatangan pedagang arab Saudi yang menyebarkan ajaran
islam banyak budaya atau tradisi aceh yang hilang. Maksud hilang disini adalah
yang tidak baik di buang dan yang belum baik diperbaiki. Seperti sekarang para
penari mulai memakai pakaian menutup aurat yang lebih islamiah.
Hal ini menghilangkan budaya itu sendiri akan tetapi, sebenarnya
budaya pada zaman itu juga berpedoman dengan pemikiran-pemikiran
agama primitive dahulu yang sangat bertentangan dengan ajaran agama islam
(agama rahmatan lilalamin). Tidak ada yang salah dengan orang-orang
modern zaman sekarang atau perkembangan zaman yang mau tidak mau menggrogoti
pikiran masyarakat tiap tahunya, tetapi jangan sampai perubahan zaman menghapus
habis-habisan budaya daerah kita. Pada adat-adat tradisi zaman dulu yang memang
dilakoni oleh orang-orang terdahulu atau masyarakat kuno yang masih menggangap
agar turun hujan harus mengorbankan jiwa yang hidup (manusia) sebagai tumbal
atau masyarakat yang masih menganggap bahwa harus memberi sesajen (makanan) ke
sungai maupun kelaut agar dimudahkan rejeki dan masih banyak lagi. Hal-hal
seperti inilah yang harus dihilangkan, karena hal ini bertolak belakang dengan
agama islam. Ciri khas budaya yang tidak menentang agama harus dilestarikan
serta yang masih menentang atau bertolak belakang harus diperbaiki.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa Aceh hilang identitas
budayanya karena telah dirasuki agama islam dalam hal ini aceh telah dirasuki
budaya arab dan Negara-negara islam lainnya sehingga budaya asli aceh hilang
satu persatu. Hal ini jelas salah buktinya tari saman, dan tari seudati
masih ada dan menjadi warisan takbenda di Aceh yang di akui oleh dunia
internasional. Kemudian juga penjamuan tamu dengan ranup lampuan, makanan
thimpan, rumoh panggung, baju adat yang tertutup dengan laki-laki memakai
kopiah meukutop, rencong yang di pakai bangsawan-bangsawan kerajaan pada jaman
kesultanan Iskandar Muda dan banyak lagi.
Diatas merupakan contoh
identitas negeri aceh yang mungkin tidak semua diajarkan di sekolah-sekolah.
Hal ini tentu akan mengakibatkan kita lupa akan identitas daerah kita sendiri,
sehingga mengakibatkan krisis idiologi. Menurut Dr. moerdiono, Ideologi
berarti a system of ideas, akan mensistematisasikan seluruh
pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta
kebijakan dan strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat yang menjadi induknya. Jadi jangan sampai
identitas orang lain menyelimuti kita sehingga kita lupa akan siapa kita
sebenarnya, maka dari itu mari kita cari tau identitas daerah kita sendiri agar
kita tau yang mana kita, siapa diri kita dan untuk apa kita.