downest

Embun Tanpa Warna (part 2)

Embun Tanpa Warna Part II           “gimana sekolahnya bey?” tanya gilang           “ya gitu deh. Ahh kamu ngerusak suasana indah si...

Embun Tanpa Warna Part II

          “gimana sekolahnya bey?” tanya gilang

          “ya gitu deh. Ahh kamu ngerusak suasana indah siang ini deh. Jemput aku nanyain sekolah.” Kata Tia pasang tampang ngambek sambil mencubit Gilang.

          “ya ampun bey. Itu kan bentuk perhatian aku ke kamu” kata Gilang.

          “plis deh jangan gombaaall” lanjut tia sambil memeragakan lagu T2. Gilang hanya tertawa.

          “Mau makan siang dimana bey?” tanya Gilang.

          “eh? Terserah kamu dong. orang kamu yang ngajak juga. Eh tapi cobain restoran baru yang di deket kampus kamu yuk? Katanya enak loh” kata tia semangat

          “tau dari siapa?” tanya Gilang

          “radio”

          “kamu emang deh”

          “emang apaan?”

          “emang korban iklan. Aku aja yang udah 2 tahun kuliah disitu nggak tau ada restoran baru”

Tia menatap Gilang sesaat. Lalu menjitaknya.

          “ey, mobilnya oleng tau” kata Gilang sambil menahan tawa

          “salah kamu kalau kita kecelakaan” kata Tia. Keduanya tertawa.

          “emm. Tapi daripadakita kesana. Mendingan kerumah aku deh. Kayanya mama udah masak deh bey. Sayang kan?” kata Gilang.

          “Ya ampun? Budek ya bung? Aku bilang kan terserah.” Kata Tia mendengus yang lagsung membuat Gilang mengacak-acak rambut Tia.

            “iih apaan sih rusak tau” kata Tia pasang tampang ngambek.

            Mobil itu terus melaju, hingga berhenti di sebuah rumah berpagar hijau.

            “Udah nyampe” kata Gilang.

            “Jadi kamu ngusir ni?” Tia pasang muka setengah ngambek.

            “Terus kamu mau sampe besok disini terus?” lanjut Gilang sambil membuka pintu mobil. Dan Tia hanya bisa mendengus.

            “Assalamualaikum. Maa, Gilang pulang.” Teriak dari pintu depan. Bu Herlina langsung menemui anaknya.

            “Lihat deh ma Gilang bawa siapa.”

            Bu Herlina tersenyum dan menyambut Tia hangat. “Tia, masuk nak. Sudah makan? Makan dulu ya.”

            “Terima kasih, tante.” Jawab tia tersenyum sambil mengikuti Bu Herlina masuk ke dalam rumah. Rumah yang selalu dirindukan Tia. Rumah kedua Tia setelah rumahnya sendiri.

            Rumah itu sederhana. Bergaya jaman colonial, dan memiliki taman belakang yang lumayan luas. Ada sebuah gazebo kayu yang terletak di belakang rumah. Tempat Tia dan Gilang kerap menghabiskan waktu bersama.

            Tia belum sempat meletakkan tas sekolahnya ketika Zizi datang dari arah pintu dan berteriak memeluknya.

            “Kak Tiaaaaaaa!!! Zizi kangen banget sama kakak. Lama banget kakak nggak kemari!”

            “Lah, cuma sebulan kan, Zi. Kakak sekolah tau.” Jawab Tia sambil mencubit hidung Zizi. Gilang yang melihat mereka hanya tersenyum.

            Siang itu mereka lewati dengan tawa menghiasi ruang makan itu.

            “Tia, kemana aja kamu? Kok ngga pernah kemari lagi?” Tanya tante Herlina.

            “Iya tante. Tia sibuk banget disekolah. Tia kan mau ujian semesteran. Mau naik kelas tiga tante.” Kata tia semangat.

            Gilang bangun dari tempat duduknya setelah menyelesaikan makan siangnya. “Be, aku tunggu di belakang ya”. Tia hanya mengangguk.

            “Tante, sini biar tia cuci aja piringnya. Tante istirahat aja deh.” Kata Tia saat tante mengangkati piring kotor.

            “Nggak usah, Tia. Nanti tante dimarahi Gilang lagi. Kamu nyusul dia aja sana.” Kata tante Herlina.

            “Okedeh tante. Tapi lain kali nanti biar Tia aja yang cuci piring ya tante. Ngga enak kan, udah numpang makan, trus piringnya dicuciin. Hehe”

            “Kamu ini kaya baru sekali aja kemari.” Jawab tante Herlina.

            Dan Tia hanya bisa cengengesan.

********************************************************************************

            “Hai bey” Sapa Tia lembut dari belakang. Gilang yang duduk di gazebo menghadap sungai kecil yang mengalir di belakang rumah itu hanya tersenyum.

            “duduk sini” kata Gilang menepuk nepuk tempat duduk disampingnya.

            “Enak banget anginnya siang ini.” Kata Tia membuka percakapan. Gilang cuma diam saja.

            “Hari ini, aku ngajakin kamu bukan tanpa sebab. Ada sesuatu yang harus aku omongin sama kamu.” Kata Gilang.

            Jleb! Perasaan gue nggak enak. Kata Tia dalam hati.

            “Yep! What’s that? I’m listening already!” Jawab Tia.

            “Ini, tentang kita. Tentang hubungan kita.” Kata gilang.

            “Ada apa, Gilang? To the point aja deh.” Kata Tia.

            “kita udah lama banget ya sama sama? Dari dulu kamu kelas …”

            “kelas 2 SMP sampe aku kelas 2 SMA. Selama 3 tahun itu kamu punya 3 Pacar, 4 kali dapat E di beberapa SKS karena suka bolos kuliah. Is there anything that you’ve hid from me, Gilang?” Cerocos Tia.

            “Kamu perlu tau, perasaan aku ke kamu nggak pernah berubah, Bey. Tapi, beda umur kita yang 5 tahun jauhnya buat aku ngga yakin untuk mulai suatu hubungan, yeah you know, like in a relationship with you. Tapi aku ngga bisa mendam perasaan aku lebih lama lagi. Aku sayang sama kamu, Tia. Aku mencintaimu.”

            “Intinya?” Tanya Tia.

            “Aku mau kamu jadi pacar aku. Kamu mau?”

            “Kamu pikir aku bakal jawab engga setelah sekian lama aku nungguin kamu?” jawab tia dengan senyum sumringah mengembang di bibirnya.

        “Sekarang, kamu antarin aku pulang. Mamaku khawatir banget deh kayanya anak perempuannya belum pulang jam segini.”

            “Okedeh komandan! So, we’re in a relationship now?” Tanya Gilang.

            “Yep. Apa kata kamu aja deh. Antar aku pulang cepetaan.” Kata Tia.

            “Siap!” jawab gilang.

~ the end of part 2 ~

author: @budespeaking

Related

Story 408164901816482794

Terbaru

Like FB

item