Embun Tanpa Warna (Part 1)
Aku ingin menceritakan sebuah kisah kepadamu. Percayalah kau tak ingin mengalaminya. Rasanya sakit. Hancur. Bahkan aku berharap untuk hilan...

https://downestblog.blogspot.com/2013/01/embun-tanpa-warna-part-1.html
Aku ingin menceritakan sebuah kisah kepadamu. Percayalah kau tak ingin mengalaminya. Rasanya sakit. Hancur. Bahkan aku berharap untuk hilang ingatan. Aku ingin pergi dari dunia yang telah membuat aku hancur berkeping-keping. Aku tak sanggup lagi
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sarah dan sebagian anak kelas XI ipa 3 lainnya tertidur saat pelajaran Pkn siang itu berlangsung. Bahkan “si juara umum” saja tertidur saat ini. udara memang sangat panas diluar. Tapi angin sepoi-sepoi membawa banyak setan untuk menghipnotis kelas ini agar tertidur. Tapi ternyata, Tia yang biasanya tidur di pelajaran yang satu ini tak menutup matanya sedikitpun. Mungkin setan-setan yang dibawa angin tadi lebih memilih untuk menghantui Sarah ketimbang menyuruhnya tidur. Sarah yang berada di sampingnya lalu terbangun dan menatapnya heran
“tumben lo serius? apa sekarang Pkn udah seenak pelajaran favorit lo yang menyebalkan itu?” sindir sarah
Tia hanya tersenyum “Fisika itu enak tau. Dari pada pelajaran “beliau” gue mending mati-matian di fisika. Lagian sekarang gue nggak ngantuk. Tiba-tiba gue mikir kok guru Pkn kita ganteng ya? gue jadi nggak ngantuk deh” sambung tia asal.
“ih Tia, lo apa-apaan sih. You don’t get a crush on him, do you? Sejak kapan selera lo yang super duper tinggi kea si gilang gilang itu jadi kaya bapak-bapak beristri umur 45? Lo nggak niat jadi perebut suami orang kan?”
“Gue nggak segila itu kali boy. Lagian gue cuma bercanda lagi.” Kata tia.
Tiba-tiba, terdengar ketukan dari arah pintu kelas. Ternyata itu ketua OSIS SMA 8, Dhani Jullivan. Adduuh. Pasti minta uang kas OSIS nih. Mana gue nggak bawa duit lagi. Batin Tia dalam hati.
“Permisi pak. Boleh saya minta waktunya sebentar?” Tanya Dhani sopan.
“Silahkan nak” kata pak Azmi, guru Pkn kami.
“terima kasih, pak” katanya penuh hormat seraya melangkahkan kakinya ke dalam kelas kami
“Permisi teman-teman. Saya cuma mau memberikan sedikit pengumuman. Yang pertama tentu saja masalah uang kas OSIS kelas XI IPA 3 yang menunggak dari bulan kemarin hingga bulan ini tolong segera dilunasi” kata Dhani membuka pidatonya.
“Ehm, yang kedua, diminta kepada Athia Quinsha Lathifa agar menghadap saya di ruang OSIS selepas pelajaran siang ini.” dug! Tia tentu saja bingung. Seisi kelas sudah mendeheminya. Apalagi si ribut Sarah yang nggak berenti ngoceh.
“Eh? Aku? Eh, oke kak.” Kata Tia sok watados
“Ya, terima kasih kalau begitu. Saya harap pengumuman tadi cukup jelas. Permisi” katanya mohon diri. Lumayan juga tu cowok. Pikir Tia. Tapi segera dia tepis pikiran itu jauh-jauh. Berhubung tiba-tiba hp yang berada di dalam kantungnya bergetar tanda BBM masuk.
“BBMan mulu lo. Nggak pegel apa tu tangan” sindir Sarah.
“Sirik amat sih lo. Tidur mulu. Nggak capek apa ngiler mulu?” sindir Tia balik. Yang disindir malah cengengesan
“yaelah lo. Ileran aja bangga” kata Tia sambil geleng-geleng kepala. Tia lalu membuka BBM yang baru saja mengganggu curi pandangnya terhadap pak Azmi siang ini.
Bey, makan siang. Aku jemput di sekolah. Siang ini dosenku ngga msk. Bye. c u :)
“Gilang lagi nih. Sampe kapan sih sayangku, lo mau digantungin sama dia? Apa sih yang bikin lo nggak buang aja dia? Ih aneh ya. masih ada orang kayak lo tau nggak. Gue kalo jadi lo, rasanya dah malas sama dia dari taun kapan. Ick aja rasaya kalo gue digantungin kaya lo” celutuk Sarah tiba-tiba
“Luckyly. Gue bukan lo. Dan gue rasa gue harus nempelin kata-kata itu besar-besar di jidat lo.” Kata Tia lalu memasang headsetnya dan memandang ke pak Azmi. Sarah cuma geleng-geleng kepala lalu tidur lagi.
Tia memilih lagu-lagu Avenged untuk didengarkan siang ini. dia butuh sedikit semangat untuk membenarkan kata-kata teman sebangkunya itu. Semuanya benar. Tia memang sudah lelah menunggu. Tapi Gilang tak pernah memberi tanda bahwa dia akan memulai suatu ikatan dengan Tia. Tapi kini Tia terlanjur mencintai Gilang. Gilang yang selalu membuatnya bahagia. Gilang yang juga selalu membuatnya menderita karena bingung harus bagaimana. Gilang selalu mengucapkan “selamat terbuai bey” atau “sadar dari mimpi indahmu bey. Ulangan kimia menunggu”. Dia selalu mengucapkannya. Dia selalu mengingatkan Tia untuk makan, mandi, dan semua kegiatan Tia. Awalnya Tia menganggap hal itu hanya ilusinya saja. Hanya perasaannya saja. Tapi lama kelamaan perasaan itu semakin menyiksa hingga sekarang Gilang mengajaknya untuk makan siang yang ke empat dalam minggu ini.
Setelah bel berbunyi, Tia membangunkan sarah dari tidur siangnya yang merupakan acara sakral yang tidak bisa di ganggu gugat.
“Sar, temenin gue ke OSIS yuk?”
“Eh? Gue buru-buru Ti. Sori banget ya? gue harus ngumpul sama anak-anak. Ada fashion show ntar malam. Gue duluan ya?” kata sarah.
“Susah banget punya temen sebangku tukang jalan-jalan di catwalk” kata Tia
“Lebih susah lagi punya kawan sebangku yang sibuk sama bandnya” balas Sarah yang langsung pergi dari depan kelas.
“SAAARRRRAAAAHHHHHH !!!” teriak Tia. Peduli setan kalo didengerin sama satu sekolah. Tia langsung melangkahkan kakinya menuju OSIS.
Tenyata, disana sudah ada Dhani sambil memegang kertas selembar.
“Tia, duduk silahkan” kata Dhani hangat.
“Eh iya makasi. Ada apa ya?” tanya tia berusaha sopan
“Oh enggak ti. Ini, ada lomba nyanyi duet di kegiatan ekstrakulikuler SMA 2. Bu Yuli bilang kalau suara kamu bagus. Jadi aku berencana mengajak kamu untuk mengikuti lomba itu. Kamu mau?” tanya Dhani.
“kapan lombanya, kak?” tanya tia.
“dua minggu lagi ti. Kalau berminat, dengerin lagu ini.” katanya sambil memberikan sebuah CD. “besok kita latihan.
Tiba-tiba hp tia berdering. “maaf kak. Permisi sebentar” kata tia.
“Oh silahkan” lanjut dhani.
Tia selesai mengangkat telefon. Ternyata gilang sudah menunggunya di depan sekolah.
“Kak, latihannya besok kan? Aku pulang dulu boleh ya kak? Soalnya aku udah ditungguin ni. Udah ada janji. Hehe. Permisi ya kak.” Kata tia meminta izin pulang.
“Oh gak apa apa kok. Aku juga mau pulang. Sampai ketemu besok ya.” kata Dhani. Tia hanya tersenyum.
Tanpa disadari Tia, seseorang sedang berbahagia. Mata Dhanu tak melepas pandangannya dari Tia hingga dia masuk ke dalam mobil hitam itu.
I wonder with whom, and where the hell she goes. Kata Dhanu santai, dan akhirnya memutuskan untuk mengarahkan motornya mengikuti Jazz hitam yang membawa tia bersama seseorang didalamnya.
~ end of part 1 ~
author: @budespeaking
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

“tumben lo serius? apa sekarang Pkn udah seenak pelajaran favorit lo yang menyebalkan itu?” sindir sarah
Tia hanya tersenyum “Fisika itu enak tau. Dari pada pelajaran “beliau” gue mending mati-matian di fisika. Lagian sekarang gue nggak ngantuk. Tiba-tiba gue mikir kok guru Pkn kita ganteng ya? gue jadi nggak ngantuk deh” sambung tia asal.
“ih Tia, lo apa-apaan sih. You don’t get a crush on him, do you? Sejak kapan selera lo yang super duper tinggi kea si gilang gilang itu jadi kaya bapak-bapak beristri umur 45? Lo nggak niat jadi perebut suami orang kan?”
“Gue nggak segila itu kali boy. Lagian gue cuma bercanda lagi.” Kata tia.
Tiba-tiba, terdengar ketukan dari arah pintu kelas. Ternyata itu ketua OSIS SMA 8, Dhani Jullivan. Adduuh. Pasti minta uang kas OSIS nih. Mana gue nggak bawa duit lagi. Batin Tia dalam hati.
“Permisi pak. Boleh saya minta waktunya sebentar?” Tanya Dhani sopan.
“Silahkan nak” kata pak Azmi, guru Pkn kami.
“terima kasih, pak” katanya penuh hormat seraya melangkahkan kakinya ke dalam kelas kami
“Permisi teman-teman. Saya cuma mau memberikan sedikit pengumuman. Yang pertama tentu saja masalah uang kas OSIS kelas XI IPA 3 yang menunggak dari bulan kemarin hingga bulan ini tolong segera dilunasi” kata Dhani membuka pidatonya.
“Ehm, yang kedua, diminta kepada Athia Quinsha Lathifa agar menghadap saya di ruang OSIS selepas pelajaran siang ini.” dug! Tia tentu saja bingung. Seisi kelas sudah mendeheminya. Apalagi si ribut Sarah yang nggak berenti ngoceh.
“Eh? Aku? Eh, oke kak.” Kata Tia sok watados
“Ya, terima kasih kalau begitu. Saya harap pengumuman tadi cukup jelas. Permisi” katanya mohon diri. Lumayan juga tu cowok. Pikir Tia. Tapi segera dia tepis pikiran itu jauh-jauh. Berhubung tiba-tiba hp yang berada di dalam kantungnya bergetar tanda BBM masuk.
“BBMan mulu lo. Nggak pegel apa tu tangan” sindir Sarah.
“Sirik amat sih lo. Tidur mulu. Nggak capek apa ngiler mulu?” sindir Tia balik. Yang disindir malah cengengesan
“yaelah lo. Ileran aja bangga” kata Tia sambil geleng-geleng kepala. Tia lalu membuka BBM yang baru saja mengganggu curi pandangnya terhadap pak Azmi siang ini.
Bey, makan siang. Aku jemput di sekolah. Siang ini dosenku ngga msk. Bye. c u :)
“Gilang lagi nih. Sampe kapan sih sayangku, lo mau digantungin sama dia? Apa sih yang bikin lo nggak buang aja dia? Ih aneh ya. masih ada orang kayak lo tau nggak. Gue kalo jadi lo, rasanya dah malas sama dia dari taun kapan. Ick aja rasaya kalo gue digantungin kaya lo” celutuk Sarah tiba-tiba
“Luckyly. Gue bukan lo. Dan gue rasa gue harus nempelin kata-kata itu besar-besar di jidat lo.” Kata Tia lalu memasang headsetnya dan memandang ke pak Azmi. Sarah cuma geleng-geleng kepala lalu tidur lagi.
Tia memilih lagu-lagu Avenged untuk didengarkan siang ini. dia butuh sedikit semangat untuk membenarkan kata-kata teman sebangkunya itu. Semuanya benar. Tia memang sudah lelah menunggu. Tapi Gilang tak pernah memberi tanda bahwa dia akan memulai suatu ikatan dengan Tia. Tapi kini Tia terlanjur mencintai Gilang. Gilang yang selalu membuatnya bahagia. Gilang yang juga selalu membuatnya menderita karena bingung harus bagaimana. Gilang selalu mengucapkan “selamat terbuai bey” atau “sadar dari mimpi indahmu bey. Ulangan kimia menunggu”. Dia selalu mengucapkannya. Dia selalu mengingatkan Tia untuk makan, mandi, dan semua kegiatan Tia. Awalnya Tia menganggap hal itu hanya ilusinya saja. Hanya perasaannya saja. Tapi lama kelamaan perasaan itu semakin menyiksa hingga sekarang Gilang mengajaknya untuk makan siang yang ke empat dalam minggu ini.
Setelah bel berbunyi, Tia membangunkan sarah dari tidur siangnya yang merupakan acara sakral yang tidak bisa di ganggu gugat.
“Sar, temenin gue ke OSIS yuk?”
“Eh? Gue buru-buru Ti. Sori banget ya? gue harus ngumpul sama anak-anak. Ada fashion show ntar malam. Gue duluan ya?” kata sarah.
“Susah banget punya temen sebangku tukang jalan-jalan di catwalk” kata Tia
“Lebih susah lagi punya kawan sebangku yang sibuk sama bandnya” balas Sarah yang langsung pergi dari depan kelas.
“SAAARRRRAAAAHHHHHH !!!” teriak Tia. Peduli setan kalo didengerin sama satu sekolah. Tia langsung melangkahkan kakinya menuju OSIS.
Tenyata, disana sudah ada Dhani sambil memegang kertas selembar.
“Tia, duduk silahkan” kata Dhani hangat.
“Eh iya makasi. Ada apa ya?” tanya tia berusaha sopan
“Oh enggak ti. Ini, ada lomba nyanyi duet di kegiatan ekstrakulikuler SMA 2. Bu Yuli bilang kalau suara kamu bagus. Jadi aku berencana mengajak kamu untuk mengikuti lomba itu. Kamu mau?” tanya Dhani.
“kapan lombanya, kak?” tanya tia.
“dua minggu lagi ti. Kalau berminat, dengerin lagu ini.” katanya sambil memberikan sebuah CD. “besok kita latihan.
Tiba-tiba hp tia berdering. “maaf kak. Permisi sebentar” kata tia.
“Oh silahkan” lanjut dhani.
Tia selesai mengangkat telefon. Ternyata gilang sudah menunggunya di depan sekolah.
“Kak, latihannya besok kan? Aku pulang dulu boleh ya kak? Soalnya aku udah ditungguin ni. Udah ada janji. Hehe. Permisi ya kak.” Kata tia meminta izin pulang.
“Oh gak apa apa kok. Aku juga mau pulang. Sampai ketemu besok ya.” kata Dhani. Tia hanya tersenyum.
Tanpa disadari Tia, seseorang sedang berbahagia. Mata Dhanu tak melepas pandangannya dari Tia hingga dia masuk ke dalam mobil hitam itu.
I wonder with whom, and where the hell she goes. Kata Dhanu santai, dan akhirnya memutuskan untuk mengarahkan motornya mengikuti Jazz hitam yang membawa tia bersama seseorang didalamnya.
~ end of part 1 ~
author: @budespeaking